Saturday 21 March 2015

TERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI MADRASAH

بسم الله الرحمن الرحيم

1.      PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai salah satu wujud kegiatan yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang kearah positif, telah lkama menjadi perhatian . sehingga dari kegiatan tersebut bermunculan teori-teori dan konsep-konsep baru yang salking mendukung maupun sebaliknya.
Rumusan-rumusan teori serta konsep tentang pendidikan memiliki banyak sudut pandang : ada yang mengkaji dari sudut pandang devenisi,dari sudut pandang proses,dari sudut panjang hasil,dan lain-lain.
Pada sudut pandang proses pendidikan,akan dikelompokan dua jalurpendidikan yakni: dalam jalur sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah yang meliputi pendidikan keluarga ,pondok pesantren dan masyarakat(lingkungan tempat tinggal). Dalam masalah ini Abd. Halim Subahar (2002: 115-128)menyebutkan lebih rinci tentang panca pusat pendidikan yang meliputi :
1.      Keluarga
2.      Perguruan
3.      Rumah ibadah
4.      Masyarakat,dan
5.      Media massa
Bertolak dari panca pusat pendidikan tersebut, maka dapat diputuskan bahwa perguruan adalah merupakan pusat pendidikan sekolah(formal) yang lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi dan efektifitas dalam prosesnya. Dengan demikian ia memeliki beberapa perangkat yang harus tesedia , baik perangkat keras sebgaimana saran fisik, maupun perangkat lunak sebagaimana kurikkulum pendidikan yang didalamnya memuat komponen-komponen terorganisir dari proses pendidikan yang mana “pendidikan berintikakn interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan.”(Nana Syaodih Sukmadinata,2000:1).
Berikut terdepat perbedaan yang sangat mendasaar antara lembaga perguruan dan ke empat lembaga pendidikan yang lain terletak pada:
1.      Pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikkulum tertulis yang tersusun secara sistematis,jelas dan rinci.
2.      Pendidikan formal dilaksankan secara formal dan ter ncana, ada pengawasan dan ada pula penilaian.
3.      Pendidikan formal diberikan oleh guru yang memeiliki pengetahuan sertaketrampilan khusus dalam bidang pendidikan.
4.      Interaksi p0endidika formal berlangsung dalam lingkungan terntentu,dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan tertentu. ( Nana Syaodih Sukamdinata,2000:2)
Dalam pendidikan formal kuirkulum menjadi bagian yang sangat penting,karena didalamnya memuat komponen-komponen berikut:
1.      Tujuan; yaitu suatu yang ingin dicapai dalam proses belajar-mengajar(tafsir,2000:54).
2.      Isi; yaitu materi yang hendak disajikan, disesuakin dengan tujuan yang ada pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan baik secara umum maupun dalam bagian-bagian kecil yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran.
3.      Proses Belajar Mengajar (PBM); yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran.
4.      Evaluasi; yaitu penetuan hasil yang telah diterapkan.
Ke empat komponen kurukulum ini memeiliki kaitan yang sangat erat terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan di lembaga formal keguruan. Sebab dengan penerjemahan kurikulum dan penerapan yang tepat akan sangat membantu demi tercapainya tujuan pendidikan., terlebih dengan matangnya isi pengajarna,efektifnya Proses Belajar Mengajar,serta baiknya mutu evaluasi.
2.      PEMBAHASAN
2.1.Tinjauan Tentang Kurikulum
Kurikulum sebagai bagian penting dalam mempersiapkan dan merencanakan berbagau kegiatan dan berbagai langkah dalam Proses Belajar Mengajar,,perlu mendapat perhatian lebih. Karena didalamnya memuat komponen-komponen pendidikan yang komplit meliputi: tujuan, isi, proses serta evaluasi.
Sebelum memahami kurikulum secara utuh terlebih dahulu perlu mengkaji kurikulum tersebut dari beberapa sisi, diantaranya:
2.1.1.      Defenisi kurikulum
Dalam UUSPN(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) nomor 2 tahun 1989 pasal 1  ayat 9 menyebutkan bahwasanya : kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengatuuran mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pediman penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar(depdikbud,1989 : 3).
Menurut nana sujana (2002:2), kurikulum lebih dari sekedar rencana pembelajaran , tetapi juga semua kegiatan siswa dari semua pengalaman belajar siswa di sekolah , yang mempengaruhi probadi siswa sepanjang menjadi tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Memahami beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah:
a.       Kurikulum adalah rencana program pengajaran atau pendidikan yang akan diberikan pada peserta didik.
b.      Kurikulum adalah prosoes yang harus dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru dan siswa peserta didik.
c.       Evaluasi terhadap pencapaian tujuan dalam pendidikan yang telah di tetapkan sebelumnya.
Kurikulum juga harus memeliki kesesuan atau relevansi. Kesesuain yang dimaksud adalah:
a.       Kesesuan antara kurikulum dengan tuntutan ,kebutuhan,kondidi dan perkembangan yang ada dan terjadi di masyarakat.
b.      Kesesuaian kurikulum dengan komponen-komponen kurikulum.
Sebagaimana pendapat ahmad tafsir 2000:54,yang menyebutkan empat komponen yang terdir dari ;tujuan,isi,proses,serta evaluasi. Maka pendapat ini dapat dipadukan dengan pendapat ralp w. Taylor(1949) dalam nasution(2001:18) yang menyebutkan tentang empat komponen kurikulum dengan perincian sebagai berikut: (1) tujuan,(2) bahan pelajaran,(3) proses belajar mengajar,(4) evaluasi atau penilaian.
a.       Komponene tujuan dalam kurikulum
Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Tujuan pada mulanya bersifat umum yang meliputi keseluruhan dalam suatu unit atau lebih dikenala dengan  istilah TPU. Dalam oprasional TPU yang pada mulanya bersifat umum dibagi-bagi menjadi unit-unit yang lebih kecil yang dapat dirumuskan dalam rencana pengajaran(lesson plan). Pembagian dalm unit yang lebih kecil ini disebut TPK. Perumusan TPU dan TPK ini lazim disebut menunjukan sesuatu yang hendak dicapai dan dituju dalam proses belajar mengajar.
b.      Komponen isi/bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah isi yang dibrikan kepada siswa saat berlangsung proses belajar mengajar. Melaui bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaranya. (nana sudiana,1991:67)tujuan yang dimaksudkan adalah sesuai dengan yang ditetapkan baik secara umum maupun dalam bagian-bagian kecil yang dirumuskan dalam rencana pengajaran.
Pada hakekatnya bahan pengajaran adalah isi  dari bidang studi yang idberikan kepada siswa sesui dengan kurikulum yang digunakan.namun secar umum sifat bahan pelajran dapat dibedakan menjadi beberapakategori,yakni:fakta(yang ddapat dipelajari melaui informasi dalam bentuk lambang,kata-kata,dan istilah yang dapat dipelajari dengan cara menghafal),konsep(klkasifikasi dari pola bersamaan dalam maksud dalam pengertian hukum),peristiwa,benda yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Oleh karena itu,bahan penajaran dan tujuan harus sesuai,maka menurut nana sujana(1991:69-70) terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam mentepkan bahan pengajaran,antara lain:
a.       Bahan harus sesuai dan menunjang tercapaonya tujuan
b.      Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar, terbatas pada konsep saja,atau bentuk garis besar bahan tidak pula diuraikan terinci.
c.       Menetapkan bahan pengajaran harus serasi dengan urutan dan tujuan.
Perkembangan pembahasan selanjutnya adalah tentang macam isi pengajaran yang meliputi:
a.       Bidang keagamaan
b.      Bidang moral/kesusilaan
c.       Bidang keindahan/estetika
d.      Bidang sosial
e.       Bidang sivics/kewarganegaraan
f.       Bidang kecerdasan/intelektual
g.      Bidang ketrampilan
h.      Bidang jasmani

c.       Kompoen metode atau proses belajar mengajar
Prosese belajar mengajar adalah gabungan kegiatan anak belajar dan guru mengajar yang tidak terpisahkan(tafsir,2000:55). Metode atau proses belajar mengajar harus mengandung potensi yang bersifat mengarah materi pengajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai(arifin,2000:198).
Dengan penekanan pada adanya hubungan timbal balik antara guru pengajar dan anak belajar yang dibarengi dengan materi penajaran,maka dibutuhkanlah situasi yang dapat mendukung dalam prosesnya. Oleh sebab itudiperlukan kesiapan antara masing-masing bagian yang meliputi :
1.      Guru. Guru yang mangajar menurut glesser dalam hamid syarif(1992:21) harus memiliki empat kompetensi,yakni:
·         Menguasai bahan pelajaran
·         Kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa
·         Kemampuan melaksanakan proses pengajaran
·         Kemampuan mengukur hasil belkajar siswa
2.      Siswa. Dalam proses belajar mengajar siswa juga memegang peranan yang sangat penting,sehingga kesiapan siswa secara individual maupun kelompok akan sangat memperngaruhi pada hasil tidaknya proses yang dilalui guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d.      Komponen evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan kurikuler berupa penilian untuk mengetahui keberhasilan tujuan belajar mengajar yang sudah dirumuskan(depag RI,2001:17). Oleh karena itu evaluasi adalah suatu alat pengukur, maka dioerlukan persiapan-persiapan khusus untuk suatu tindakan evaluasi yang dapat dibagi menjadi beberapa step,yaitu:
1.      Merumuskan tujuan evaluasi
2.      Menetapkan aspek-aspek yang dinilai
3.      Menetapakan metode
4.      Menyiapakan alat-alat(wayan nurkancana dan sumartana,1986:18).
Evaluasi yang telah dilakukan ,hasilnya dapat digunakan untuk menentukan relevan atau tidaknya antara isi dan tujuan. Jika hsil penilaian diketahui tingkat pencapaianya  rendah maka kita harus memeriksa proses mengajarnya,perlu pula dipertimbangan kembali isi pengajaran,bahkan terkadang kita juga perlukan revisi tujuana yang kurang jelas atau terlalu dalam.
Sementara itu dalam melakukan evaluasi guru diharuskan menyesuaikan antarra materi evaluasi dengan rumusan butir soal yang dijabarkan dalam bentuk pendidikan. Dengan demikian maka perlu dibuatkan tabel untuk memuat aspek tingkah laku. Tabel ini digunakakn untuk mengadakan identifikasi terhadapo tingkah laku yang dikehendaki agar tidak terlewati.
Tabel persiapan ini sangat dibutuhkan dalam semua bidang pendidikan terlebih dalam bidang agama, karena dalam perlu penekanan pada aspek moralitas dalam kehidupan humaniora.

2.2. Kurikulum Pendidikan Islam
Karena kurikulum pendidikan pada dasarnya mempunyai pengembangan pada masing-masing tingkat lembaga, maka unsur kebijakan lembaga sangat berperan dalam menentukanya. Namun meski demikian acuan penerapan kurikulum haruslkah berpedoman pada kurikulum nasional.
Demikiain pula sebagaimana kolom sistematika hirarki kurikulum tergambar jelas bahwa proses interaksi dalam kelas sangat ditentukan oleh guru dalam menerjemahkan butir-butir tujuan penjabaran GBPP,lantas bukan berarti program dapat disusun sesuai dengan kehendak guru, melaikan harus mencerminkan pada landasan pijak yang ada.
Demkian pula kurikulum pendidikan islam pasca diterbitkan surat keputusan bersama(SKB), tiga menteri (mendagri, menag,menpendbud) pada tahun 1975 ,tentang meningkatkan mutu pendidikan pada madrasah.
Dalam SKB tersebut dijabarkan bahwasanya madrasah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama menjadi mata peljaran dasar,yang diberikan sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelaljaran umum.
Untuk merealisasikan SKB tersebut,depag pada tahun 1976  mengeluarkan kurikulum sebagai standart sebagai acuan oleh madrasah yang bertujuan untuk menyeragamkan madrasah dalam bidang studi agama,baik kualitas maupun kuantitasnya( hasbullah,1996:74).
Keseragaman yang dimaksud sesuai dengan konsep keilmuan dan keimanan sebagaimana ditetapkan dalam QS. AL mujadilah ayat 11.
Pencapaian target keseimbangan keilmuan dan keimanan membutuhkan,membutuhkan pedoman oprasional pendidikan islam dengan beberapa persyartan yang ditetapkan dalam dunuia akademik,yang meliputi:
1.      Memiiki objek pembahasan yang jels dan khas pendidikan islami meskipun perlu ilmu penunjang dari yang non islami.
2.      Mempunyai wawasan ,pandangan,asumsi hipotesa,serta teori dlam lingkup kependidikan islam yang bersumber pada ajaran islam
3.      Memiliki metode analisis yang relevan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pendidikan yang berdasarkan islam, beserta sistempendekatan pendekatan yang seirama dengan corak keislaman sebagai kultur.
4.      Memeiliki struktur keilmuan yang sistematis mengandung totalitas yang tersusun dari komponen-komponen yang saling mengemabngkan satu sama lain dan menunjukan kemandiriannya sebgai ilmu yang bulat(arifin,1993:21).
Upaya tiada hentinya untuk selalu membuat terobosan dalam bidang kependidikan agama islam sesuai dengan semboyan yang seharusnya menjadi dasar dan etos kerja tenaga pendidikan islam sesuai dengan semboyan yang seharusnya menjadi dasar dan etos kerja tenaga penndidik islam,yakni QS. AL ra’d ayat 11.
Hasil dari upaya keras tersebut adalah trbitkanya ketentuan-ketentuan mengenai kurikulum madrasah oleh menteri agama RI berupa SK nomor 372 tahun 1993 tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah. Dan disaat itu  pula ,dimana setiapa madrasah wajib melaksanakan kurikulum mata pelajaran yang disusun secara nasional (kurikulum 1994).
Dalam kurikulum 1994 terdapat beberapa penjelasan pokokyang berbeda dengan kurikulum 1984, diataranya memuat:
1.      Istilah bidang studi diganti dengan mata pelajaran
2.      Pendidikan agama yang semula kurang dari 30% menjadi hanya lebih kurang 10%(hasbulllah,1996:80).

2.3. Kompetensi dalam Kurikulum Pendidkan Islam

Mengacu pada pertimbangan kurikulum pendidikan islam tersisa hanya kurang lebih 10%, diperlukan pensiasatan yang tepat terhadap agarpencapaian harapan bahwa lembaga pendidikan islam memiliki kemampuan guna mengantar kan anak didik yang mampu mengikuti perkembanganilmu pengaetahuan serta mempunyai pengetahuan agama yang mendalam.
Contoh yang dapat dikemukakan adalah dengan minimnya jam mata pelajaran bahasa arab,kecil kemungkinannya seorang siswa memahami betul dan menguasai bahasa tersebut,tanpa adanya penambahan jam belaajar. Di sisi lain penambahan jam belajar juga merupakan dilema dikarenakan akan mengorbankan mata pelajarn lain yang telah ditetapkan.
Dengan demikian perlu diadankanya konsep School Base Management(SBM) yang di dalamnya terdapat ciri-ciri pengelolaan sekolah secar detail effective school yang menurut caldwell (1988) dalam suprat(2003:7) sebagai berikut:
1.      Sekolah punya tujuan pendiidkan yang dinyatakan dengan jelas
2.      Sekolah mempunyai program yang terencana, terkait dan terorganisir dengan baik sesui dengan kebutuhan murid
3.      Sekolah mempunyai program  yang melayani muridd yang memiliki handicapt(murid dengan kebutuhan khusus)
4.      Tingkat keterlibatan orang tua cukup tinggi dalam aktifitas pendidikan anak.
Ke empat ciri diatas sangat dibutuhkan dalam mengembangakn empat pilar pendidikan yang mengacu  pada kompetensi dalam kurikulum pendidikan yang termuat dalam:
1.      Belajar untuk mengetahui
2.      Belajar untuk melakukan
3.      Belajar untuk menjadi diri sendiri
4.      Belajar untuk kebersamaan
Mengacu pada empat pilar ini maka pendidikan tidak lantas berarti hanya mendudukan siswa di kelas sebgai pendengar ceramah dari sang guru. Tetapi lebih memberikan peran kepada para siswa untuk melakukan improfisasi sekaligus menentukan alternatif kurikulum yang tepat dengan menyusun kegiatan ekstra kurikuler yang sekiranya dapat mendukung kegiatan belajar siswa dikelas.
Dengan demikian diperlukan bangunan kerja sama masyarakat gar memberikan sumbangsih dalam program pendidikan nasional denga pihak sekolah selaku pengelola pendidikan formal . karena dengan adanya bangunan kerja sama  tersebut sangat dimungkinkan tercapainya tujuan pendidikan nasional berdasarkan sistem demokratisasi pendidikan yang terjadi antara lembaga(masyarakat) dan orang tua.

2.4. Pelaksanaan kurikulum
Apabila mengacu pada konsep kompetensi dalam kurikulum maka pelaksanaan kurikum pendidikan islam di madrasah dapat melibatkan berbeda pihak antara siswa da;am bentuk tawaran kegiatan maupun masyarakat dan orang tua yang dikoordinir oleh gru terlebih dalam penentuan kegiatan-kegiatan ekstra. Juga diperlakukan ketirlibatan beberapa kegiatan dan sarana serta prasarana pendukung lainnya.
Komponen-komponen yang penting dalam pelaksaan kurikulum yang efektif meliputi: menyusun jadwal  kandungan kurikulum per semester untuk tiap pelajar,alokasi waktu mingguan,jadwal waktu, sosialisasi kurikulum kepada semua yang berkempentingan, orientasi guru agar mampu mengajar dengan kurikulum baru, ujian dan evaluasi metode,dan penyediaan keperluan dasar,menjamin tersediannya buku-buku teks, guru bermutu,alat bantu mengajar, bahan bacaan tambahan,dan sebgainya.
Pendapat nana sudjana (2000:7) strategi pelaksanaan kurikulum menyangkut oprasionalisasi kurikulum disekolah yakni:
1.      Kegiatan pengajaran
2.      Kegiatan adaministrasi supervisi
3.      Kegiatan bimbingan penyuluhan
4.      Kegiatan penilaian


Rujukan :
Kutipan dari TADRIS( jurnal penelitian  dan pemikiran pendidikan islam),” terapan kurikulum pendidikan islam dimadrasah” karya Syifuddin yulianto. STITMA PRES TUBAN.2013.


No comments:
Write komentar