Friday 3 April 2015

KONSEP TAKDIR DAN HUBUNGANYA DENGAN PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang
 Salah satu ayat-Nya Allah Swt menyatakan bahwaAllah tidak akan mengubahnasib suatu kaum hingga kaum itu mengubah keadaan yang ada pada dirinya. Inilahlandasan atau dasar suatu muslim untuk beriman kepada takdir Allah Swt. Halinipulayang seharusnya menjadi pendorong bagi setiap muslim untuk memperbaiki keadaanhidupnya melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi. Dalam makalah ini akan dibahas tentang masalah Takdir, konsep takdir dan hubungannya dengan pengembangan sumber daya Manusia agar manusia tidak hanya pasrah terhadap garis kehidupan yang sudah ditentukan Allah, padahal Allah juga memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengubah nasib yang bisa diubah salah satunya seperti hidup miskin menjadi kaya. Selain itu untuk meluruskan pemahaman orang – orang tentang konsep takdir yang sering menimbulkan perdebatan mengenai takdir. Oleh sebab itu, peranan tauhid sangat diperlukan sebagai modal unukmendapatkan nilai (kualitas) ibadah. Manusia menginginkan perubahan kondisi dalammenjalani hidup di dunia ini, maka Allah memerintahkan manusia untuk berusaha danberdoa untuk merubahnya.
 B. Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
 1. Apa pengertian Takdir ?
2. Bagaimana konsep Takdir ?
3. Bagaimana hubungan takdir dengan Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia?
 C. Tujuan penulisan
 Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Takdir
 2. Mengetahui konsep Takdir
 3. Mengetahui hubungan konsep takdir dengan pengembangan Sumber Daya Manusia BABII PEMBAHASAN
a. Pengertian Takdir
 Takdir berasal dari bahasa Arab, sebagaimana dalam kamus al Munawwir terdapat ‘qaddara, yuqoddiru, taqdirr’. Yang artinya menaksir, menentukan, menetapkan, membandingkan, menekan, menjadikan kuasa, dan menghargai. Menurut Abu al Baqa’ Takdir berasal dari bahasa Arab qadara-yaqdiru-qadran kata ‘al-qadara’ memiliki beberapa makna, diantaranya adalah al hukmu (hukum), al qadla (ketetapan), al taaqah (kekuatan, daya,potensi) al miqyas (ukuran), dan al qadla wa thaqah (ketetapan yang sesuai), altahdid (batasan). Dalam bahasa Indonesia, takdir dimaknai dengan, ‘Nasib’. Yakni ketentuan dan keputusan Tuhan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa takdir memiliki arti yang beragam sehingga dapat disimpulkan takdir adalah hukum Allah. Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada kekuatan, daya, potensi, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya.
 B. Konsep Takdir
 Percaya atau iman terhadap “takdir” Tuhan merupakan salah satu rukun iman yang harus dipercayai oleh setiap orang yang mengaku dirinya Islam. Namun mempercayai “takdir” Tuhan masih menyisakan berbagai persoalan pemahaman yang rumit, karena keberadaannya yang bersifat ghoib, abstrak, dan tidak mudah dipahami nalar manusia, sebagai rukun – rukun iman yang lain. Takdir telah lama menjadi wacana dan akan selalu menjadi wacana, paling tidak selama manusia berbicara tentang teologi Islam atau Ilmu Kalam, karena takdir berkaitan dengan erat Tuhan dan manusia. Takdir memunculkan beragam definisi dan pemahaman yang berbeda. Hal ini nampak pada pendapat ulama yang saling belawanan, yaitu takdir bisa diubah dan tidak bisa diubah. Takdir juga dipahami sebagai rahasia Tuhan, dibagi menjadi beberapa tingkatan.
 a. Konsep Taqdir menurut Qadariah dan Jabariah Menurut Qadariah
manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalammenentukan perjalanan hidupnya. Menurut qadariah manusia mempunyai kebebasan dankekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan – perbuatanya. Dengan nama demikianQadariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatanuntuk melaksanankan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusiaterpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Menurut jabariah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyaikemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam faham initerikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi nama jabariah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Memang dalam hal ini terdapat faham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalamkeadaan terpaksa. Perbuatan – perbuatan manusia telah ditentukan dari semula olehQada dan Qadar Tuhan.
 b. TingkatanTaqdir
 1. Al – Ilmu Allah SWT Maha Mengetahu isegala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak satu pun yang luput dari ilmu Allah SWT.
2. Al-Kitabah Allah SWT Yang Maha Mengetahui telah menuliskan segala sesuatu diLauhMahfuzh, dan tulisan itu tetap dan ada sampai hari kiamat.
3. Al – Masyi-ah Allah SWT mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang adadilangit dan di bumi tidak ada satu pun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Apa – apa yang dikehendaki oleh Allah pasti akan terjadi. Dan apa – apa yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT pasti tidak akan terjadi.
 4. Al - Khalq Allah SWT menciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu selain Allah Yang Maha Mencipta adalah makhluk. Iman kepada takdir mencakup keempat tingkatan diatas. Artinya segalaperbuatan, perkataan – termasuk segala hal yang tidak dilakukan – manusiadiketahui, dituliskan, dikehendaki, dan diciptakan oleh Allah SWT
 c. Macam – Macam Takdir Ada pendapat lain bahwa takdir dibagi menjadi dua hal penting yang berlawanan yakni takdir yang dapat berubah (Mubram, hatami dan musayyar) dan tidak dapat diubah (ghairu Mubram atau ghairu hatami atau mukhayyar).
 1. Takdir Mubram Adalah ketentuan atau hukum (qadha dan qadar) yang pasti akan terjadi kepada siapapun, ia merupakan sebuah hukuman yang pasti dan tidak bisa dihindari. Misalnya ketentuan tentang kapan kita dilahirkan, di mana kita akan meninggal, terjadinya hari kiamat.
 2. Takdir Muallaq Adalah takdir tergantung kepada usaha (ikhtiar) manusia. Misalnya jika seseorang mau bekerja keras, maka ia dapat merubah keadaan hidupnya menjadi lebih layak
. C. Kaitan takdir dengan Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Mutu adalah kualitas sesuatu. Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk. Sebagai umat islam maka dituntut untuk mengimani adanya Qadla dan Qadar Alloh. yang mana telah di sedikit dijelaskan tentang hubungan takdir dan ikhtiar, umat islam harus berusaha dalam menumbuhkan sikap tidak pantang menyerah untuk menggali potensi yang di miliki dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagai pemberi potensi dan yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya yang telah berusaha. Untuk meningkatkan mutu SDM diperlukan berbagai macam pendidikan dan pengajaran, salah satunya adalah tauhid. Dalam hal ini pendidikan tauhid adalah pemberian bimbingan kepada anak didik agar ia memiliki jiwa tauhid yang kuat dan memiliki tauhid yang baik dan benar. Sedangkan pengajaran tauhid yang baik adalah pemberian pengertian tentang ketauhidan, baik sebagai aqidah yang wajib diyakini maupun sebagai filsafat hidup yang membwa kepada kebahagian hidup duniawi dan ukhrawi. Pendidikan dan pengajaran tauhid, baik yang berhubungan dengan aqidah maupun dalam kaitan dengan ibadah, akan menanamkan keikhlasan pada diri seseorang dalm setiap tindakan atau perbuatan pengabdiannya. Keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah inilah yang membuat tauhid bagaikanpisau bermata dua, sau segi untuk kehidupan di akhirat sisi lainnya untuk kehidupan di dunia. Dalam hal keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah ini, menjadikan manusia berfikir kepada kehidupan di Dunia dan di Akhirat. Dari situlah manusia berusaha meningkatkan kualitas baik ibadahnya maupun dalm sumberdaya yang ia miliki sebagai peningkatan kehidupan Dunia. Sehingga dalam hal tersebut manusia dapat mencapai tujuan dunia dan di Akhirat secara seimbang dan sempurna. Jadi dengan tauhid manusia dapat meningkatkan sumberdaya yang ia miliki, karena di dalam tauhid terdapat tujuan hidup yang bukan untuk akhirat saja, melainkan untuk dunia juga dengan melalui peningkatan kinerja, kejujuran, mutu pemikirannya dan kuwalitas hidup yang lain. Usaha-usaha pemupukan rasa keimanan sebagai fitrah manusia harus sungguh-sungguh mendapat perhatian setiap orangtua atau pengasuh anak. Usaha tersebut dilakukan melalui tiga proses yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian dan pembentukan budi luhur.
• Tahap pembiasaan, pemupukan rasa keimanan dilakukan anak dimasa kanak-kanak. Dalam tahap ini, aktifitas yang di lakukan hanya memberikan pengenalan secara umum dan membiasakan anak untuk ingat bahwa tuhan itu ada.
 • Tahap pembentukan pengertian meliputi masa sekolah sampai menjelang remaja. Pada usia ini anak cenderung suka berhayal. Oleh karena itu, kesukaan seperti ini bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk menanamkan tauhid melalui ceritaa-cerita tentang keagungan Allah.
 • Tahap pembentukan budi luhur. Tahap ini berlangsung pada masa peralihan dari remaja menuju dewasa.pada masa ini seorang anak sering mengalami kebimbangan dan mudah terombang ambing oleh problema yang dihadapi. Bimbingan dilakukan dengan cara memberikan keinsyafan dan kesdaran bahwa segala apa yang ada adalah ciptaan tuhan dan semuanya mlik Tuhan. Apabila pertumbuhan dan perkembangan pengenalan kepada Allah berjalan dengan baik dan lancar dan kebiasaan baik yang berhubungan dengan tauhid sudah menjadi aktifitas keseharian maka terbentuklah rasa iman kepada Allah yang cukup mendalam bagi dirinya. Manusia adalah bagian dari bangunan besar alam semesta yang dibangun atas sekian banyak unsur terkecil yang saling berelasi membentuk organ – organ, dan organ – organ berelasi membentuk tubuh manusia. Dalam konteks ini, manusia dibangun oleh sekian banyak hukum atau takdir, yaitu unsur – unsur yang mempengaruhi dan membangun tubuhnya. Jika demikian, takdir Allah mengenai umur manusia, rizqi, mati, bahagia dan susahnya sudah ditetapkan atau ditakdirkan oleh Allah, mestinya tidak dipahami sebagai sesuatu yang sudah pasti dan ada begitu saja, akan tetapi harus dipahami sebagai “sesuatu yang adanya dibangun oleh berbagai macam takdir yang saling berelasi dan mempengaruhi manusia”, membentuk umur manusia, rizqi, mati, bahagia dan susahnya. Takdir Allah tentang umur dan mati misalnya, tidak benar bahwa setiap manusia telah ditetapkan umurnya 10tahun, 20 tahun, 50 tahun, dan seterusnya sehingga pada saat manusia mencapai pada umur yang ditetapkan manusia akan mati. Akan tetapi, manusia berada dalam ruang dan waktu, dan berjalan sesuai takdir atau hukum Allah di alam semesta ini. Manusia memang tidak mengetahui berapa umurnya dan kapan akan mati, tetapi manusia bisa mengusahakan agar umurnya menjadi panjang dan tidak cepat mati, dengan cara mengikuti, menyesuaikan, dan menyikapi berbagai hukum atau takdir Allah di alam semesta ini.Manusia yang sehat akan cenderung panjang umur dantidak cepat mati sedangkan orang yang sakit akan cenderung pendek umur dan cepat mati. Masih banyak hal yang mempengaruhi umur dan mati seperti kecelakaan, sakit, dibunuh, dan sudah tua karena organnya sudah tidak berfungsi lagi. Demikian juga selain mati, takdir rezeki, bahagia, susahnya manusia dibangun oleh berbagai faktor dan unsur yang semuanya berjalan mengikuti dan sesuai hukum Allah. Doa, silaturahmi, shadaqah, dan berbuat baik merupakan bagian dari sekian banyak unsur yang membangun takdir tentang umur, rezeki, mati, bahagia, susah manusia sehingga hal – hal tersebut bisa mengubah takdir. Doa adalah bagian dari dzikir, dzikir menjadikan hati manusia tenang. Jika hati tenang, psikis sehat. Silaturahmi, manusia bisa memecahkan masalah hidup, meminta solusi kepada orang lain dan tidak banyak pikiran sehingga kalau manusia banyak pikiran maka akan stres serta bisa terjalin relasi – relasi yang dalam konteks bisnis akan banyak mendatangkan rezeki. Shadaqah menjadikan manusia tidak khawatir, tidak susah dan akan cenderung merasa aman dari lingkungannya. Semua hal – hal di atas merupakan hukum – hukum yang bisa mempengaruhi dan merubah takdir manusia Sehingga dapat dipahami bahwa takdir adalah hukum Allah yang ditetapkan dan dibangun berdasarkan kekuasaan, daya, potensi, dan batasan yang setiap unsur terkecil di alam semesta ini memiliki hukum masing – masing yang saling mempengaruhi dan berelasi satu dengan yang lainnya. Selain itu kita dituntut untuk mengimani adanya Qadla dan Qadar Alloh yang mana telah di sedikit dijelaskan tentang hubungan takdir dan ikhtiar, umat islam harus berusaha dalam menumbuhkan sikap tidak pantang menyerah untuk menggali potensi yang di miliki dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagai pemberi potensi dan yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya yang telah berusaha.


 BAB III PENUTUP
 A. Kesimpulan
1. Takdir berasal dari bahasa Arab, sebagaimana dalam kamus al Munawwir terdapat ‘qaddara, yuqoddiru, taqdirr’. Yang artinya menaksir, menentukan, menetapkan, membandingkan, menekan, menjadikan kuasa, dan menghargaiTakdir berasal dari bahasa Arab, sebagaimana dalam kamus al Munawwir terdapat ‘qaddara, yuqoddiru, taqdirr’. Sedangkan menurut istilah takdir merupakan ketentuan Allah atau hukum Allah.
 2. Konsep takdir yaitu percaya atau iman terhadap “takdir” Tuhan merupakan salah satu rukun iman yang harus dipercayai oleh setiap orang yang mengaku dirinya Islam. Ada dua pendapat bahwa takdir bisa diubah dan tidak dapat diubah, namun kita sebagai manusia harus terus berusaha untuk melakukan yang terbaik tidak hanya berpasrah kepada takdir karena Allah memberikan kesempatan untuk mengubah takdir yang bisa diubah.
 3. Hubungan antara takdir dengan sumber daya manusia yaitu Takdir manusia baik umur, ajal, rezeki, susah, bahagia, dan perbuatannya sangat dipengaruhi, ditentukan dan dibangun oleh begitu banyak hukum atau takdir sesuatu yang ada di alam semesta, yang setiap sesuatunya mempengaruhi takdir manusia. Setiap keadaan manusia adalah takdir yang dibentuk oleh takdir – takdir yang lain, usaha dan doa. Sehingga manusia harus terusmenggali potensi yang di miliki dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
 B. Saran
 Allah telah menentukkan takdir manusia namun kita tidak boleh pasrah, kita harus terus berusaha melakukan yang terbaik dan memperbanyak doa, hasilnya serahkan kepada Allah.
 DAFTAR PUSTAKA
 HarunNasution, Teologi Islam, Jakarta: UI Press,1978 Pokja Akademik, Tauhid, Yogyakarta: Pokja Akademik, 2005
Wiji Hidayati, Ilmu Kalam. Yogyakarta: Ombak, 2013 YunaharIlyas, KuliahAqidah Islam, Yogyakarta: LPPI UMY, 1995
 http://uunsuryani.blogspot.com/2013/01/konsep-taqdir-dan-ikhtiar-tauhid-dan.html www.mediapusat.com

No comments:
Write komentar