Wednesday 11 March 2015

TEKNIIK PEMBERIAN SKOR HASIL TES BELAJAR


Pemberian skor merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes,yaitu proses pengubahan dari jawaban-jawaban menjadi angka-angka. Dengan ini pemberian skor ini merupakan tindakan kuatitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh pengetes(testee) dalam suatu tes hasil belajar.
Angka-angka yang dihasilkan kemudian diubah dalam bentuk nilai-nilai yang melalui proses tertentu. Dalam penggunaan symbol-simbol dalam penilaian dapat pula dituangkan dalam bentuk angka dengan rentangan 0 sampai 10,dan 0 sampai 100 dan ada pula  yang dalam bentuk huruf- huruf yaitu A,B,C,D dan F (fail= gagal).
Dalam penilaian pemberian skor angat ditentukan dalam bentuk-bentuk soal tersebut yang bisa berupa tes uraian subyektif ataukah tes obyektif.
a.       Pemberian skor terhadap ters uraian ( subyektif )
Pada tes uraian umumnya diberikan dengan memperhitungkan bobot dari soal tersebut. Dalam setaip butirnya akan ada terdapat unsur kesukaran dan penialain pemhamanya yang kemudian dianggap benar dalam pengerjaanya.
Dengan contoh yang dapat di tuangkan ini adalah sebagai berikut : misalanya seorang tester atau pengetes memberikan 5 soal tes yang disini terdapat unsure- unsure dan tingkat kesukaran yang sama pada setiap butir-butir soalnya. Dengan demikian sorang pengetes(tester) menetapakan dengan pemberian nilai 10 pada hasil yang sempurna,dan jika hanya separuh benar maka nilainya 5,dan jika hamper keseluruan benar maka nilainya 9.
Dalam keadaan apabila butir-butir,unsure-unsur,dan derajat kesukaran tidak sama maka pemberian skornyapun akan berbeda. Maka pemberian skor pun tidak akan lepas dari derjat kesukaran dan unsure-unsur yang terdapat dalam butir soal tersebut.
Misalkan ,dari lima butir tes uraian butir nomor 1 diberiakan skor maksimum 8,nomor 2 skor mkasimum 10, nomor 3 skor maksimum 6, nomor 4 skor maksimum 10,dan soal ke 5 maksimum 8. Maka sebagai seorang pengetes yang nomor 1 jawaban benar setengah maka nilainya adalah 4, untuk soal no 2 unsur jaban yang benar hanya 6 unsur saja maka nilainya pun 6. Begitupula dan seterusnya.
b.      Pemberian skor pada tes obyektif
Pada tes obyektif sering digunakan rumus penelian adalah dengan system denda.
Untuk tes obyektif benar slahnya setiap item di beri skor maksimum 1 ,dan apabila yang dites menjawab 1 item benar maka nilainya 1,ldan jika slah maka nilainya 0.
Cara penghitungan skor secara kesuluruan dapat menggunakan dua rumus yaitu,mengunakan system denda atau menggunakan system yang meniadakan system denda. Dalam penilaian tersebut itu tergantung pada pengetes tersebut. Berikut rumus akhir yang menggunakan denda sebagia berikut:
·         S : skor yang sedang dicari
·         R : jumlah yang benar
·         W: jumlah yang salah
·         O : kermungkinan jawaban
·         1 : bilangan konstan
            Adapun rumus akhir yang meniadakan denda :
S = R
·         S : skor yang sedang dicari
·         R : jumlah yang benar
Contoh soal : dalam tes hasil belajar bidang studi matematika yang diikuti oleh 40 orang siswa madrasah aliyah diajukan 80 butir tes obyektif,20 butir diataranya bentuk benar-salah,dengan setiap butir soal yang benar mendapat bobot 1,dan yang salah mendapat 0.
Dalam tes,siswa bernama junet menjawab benar sebanyak 15 soal ;jawaban yang salah =20-15=5,optionnya = 2
Dan apabila jawaban yang salah itu dikenakan denda maka skornya adalah :
S =  =
Sedangkan untuk soal yang tidak dikenakan denda skornya adalah :
S = R =15
Dan apabila tes obyektif berbentuk hitungan,pencocokan dan melengkapi,umumnya skor akhir di hitung menggunakan rumus system tanpa denda.
Adapun untuk tes adalah multiple choise items dapat digunakan salah satu dari rumus  tersebut. Perhitungan dengan denda :
S = R -  , S = R.
Dan dalam bentuk soal tersebut maka soal dapat di beri bobot berbeda dan tentunya dengan skor yang berbeda pula, misalnya 1,1.5,2 misalanya. Demikian yang mengetahui bobot dari soal tersebut adalah pengetes, karena yang mengetahui drajat kesukaranya. Dengan demukian bila dala penetuan skor ditetapkan bobot ( W ) maka rumusnya sebagai berikut :

S = R – 

No comments:
Write komentar